PetunjukHidup.com- Menjalani hidup dan belajar dari pengalaman dan berusaha menjadi lebih baik adalah sikap bijak dalam hidup. Termasuk dalam hal sikap toleransi terhadap sesama. Jujur saja, belakangan ini Penulis merasa ada yang hilang dalam hubungan sosial, dikarenakan covid-19. Padahal, dalam hidup kita belajar banyak dari orang lain.
Mungkin sebagian dari anak muda lupa kata toleransi, dikarenakan kebanyakan nonton film yang banyak mem-buli orang lain. Padahal sikap toleransi yang dimaksud dalam pelajaran sekolah adalah sikap saling menghormati orang lain atau bisa dikatakan menghormati satu dengan yang lain, dalam hal perbedaan; baik itu bentuk tubuh, agama, budaya, suku dan sebagainya.
Berbicara toleransi ini terkesan mudah, padahal praktiknya tidak semua orang bisa menerapkan. Apalagi film zaman now, kebanyakan menggambarkan sifat bully. Hal itu menandakan kurangnya toleransi terhadap sesama. Terus, bagaimanakah kita sebagai manusia untuk tetap menjaga dan bahkan memupuk sifat toleransi di era digital seperti ini?
Mengenal Diri Sendiri
Nobody perfect, termasuk diri Penulis. Jujur, dulu Penulis juga pernah memandang rendah orang lain dikarenakan perbedaan. Semakin mengintrospeksi diri sendiri dan melihat banyak kekurangan dari diri Penulis. Hal itu membuat Penulis sadar bahwasanya kata no body perfect bukanlah kiasan, tetapi memang tidak ada satu orang pun yang sempurna di dunia ini.
Tentunya, kita tidak bisa menjadi orang yang bertoleransi, jika kita belum mengenal siapa diri kita. Sehingga tidak ada salahnya, kita untuk mengenali diri sendiri dan belajar untuk mempunyai sikap bertoleransi kepada orang lain baik itu teman sendiri, dan orang yang tidak dikenal. Jangan sampai mengucapkan perkataan yang membuat orang lain sakit hati.
Liburan untuk Membuka Pikiran
Dulu, Penulis tidak pernah menyangka bisa menikmati waktu liburan atau traveling ke beberapa spot yang ada di Indonesia. Melihat perbedaan culture (budaya), agama dan tempat membuat Penulis menyadari begitu banyak perbedaan yang ada di dunia ini. Bahkan, Penulis juga baru mengetahuinya sedikit sekali.
Liburan membuat kita bisa membuka pikiran dan tidak sekedar have fun. Dulu, Penulis tanpa sengaja berjumpa dengan beberapa orang asing, ketika melakukan traveling seorang diri dari Jawa hingga Bali. Dari situ Penulis bisa melihat perbedaan bahasa, sikap orang dan juga belajar hal yang baru.
Perbedaan bukan menjadikan kita orang asing atau menjadi lebih tinggi atau bahkan rendah. Namun, perbedaan memberikan warna kehidupan. Sebab, ada banyak sekali hal yang tidak bisa diucapkan, namun bisa dirasakan ketika melihat secara langsung. Sikap toleransi itu bisa dipupuk dengan melihat hal-hal di luar dari zona nyaman kita.
Perluas Pertemanan dan Persahabatan
Penulis yakin dengan memiliki banyak teman dan sahabat akan membuka diri kita menjadi orang yang lebih memahami orang lain dalam hal perbedaan. Sebab, tanpa di sadari sikap toleransi itu ada. Pernah tidak, kalian bertengkar dengan sahabat dan membuat jarak, dikarenakan hal sepele. Padahal, satu diantara kita bisa mengalah untuk tidak membuat jurang persahabatan. Namun, sikap ego membuat kita bersikukuh bahwasanya dia yang salah dan bukan kita.
Dengan belajar bertoleransi, maka kita akan memahami perbedaan, dan juga menghargai orang lain. Bahkan, Penulis juga memiliki teman dari pelbagai usia dari orang tua hingga remaja. Dikarenakan memperluas zona pertemanan dan belajar mengenal karakter dan juga perbedaan; hal itu menjadikan kita kaya akan pengetahuan, serta kebijaksanaan di masa depan.
The Little Experience
Dulu, Penulis terkenal sebagai orang yang sombong dan cuek; mungkin sampai sekarang demikian. Penulis dianggap orang, tidak butuh orang lain. Namun, berjalannya waktu, Penulis mencoba untuk bersosialisasi dengan tetangga sekitar, orang yang belum dikenal. Biasanya, Penulis enggan menyapa orang lain. Namun, sekarang Penulis cukup memberikan senyuman dan sapaan ringan saja. Eh, belakangan ini suka lupa kalau senyum tidak bisa dilihat orang, karena tertutup masker hahaha.
Sedangkan sikap toleransi di sosial media, Penulis berusaha sebisa mungkin untuk tidak menghina orang lain, meskipun candaan. Apalagi dalam hal fisik, seperti ih badan kamu koq gemukan sih; ya ampun dari dulu kamu gak makan enak kah, koq tetap kurus aja kaya nggak di kasih makan. Lebih ekstrim lagi, tidak mencoba membaca dan bahkan membalas status orang lain atau share orang lain terkait agama. Awalnya sih berat, geram dan kesal; apalagi Penulis kan termasuk kalangan minoritas; namun kembali lagi bagaimana kisah perjalanan traveling mengajarkan Penulis untuk tidak mempedulikan hal yang tidak berguna. Namun, mengambil sari penting untuk disimpan, sedangkan racun untuk dibuang. Sejujurnya, sikap bertoleransi itu tidak susah diterapkan. Apabila kita tahu, bagaimana mengenal diri kita sendiri.
Chitchat.my.id | Asiabutterflytraveler.com
Kehidupan ini tidaklah semudah membayangkan, tidak semudah meluangkan dalam kata. Mari berkunjung dan menikmati tiap hempasan nafas kehidupan untuk mencari makna kehidupan bersama.....
Sepakat kak, toleransi bagaimana cara menata hati dan diri dengan kondisi lingkungan yang kita pilih.
BalasHapusSetuju, jalan jalan bisa membuat kita lebih bisa menerima perbedaan. Betapa perbedaan itu indah.. toleransi tu ga usah di fikir kali, biasa aja haha
BalasHapusMakanya saya suka banget solo traveling. Jalan-jalan ke tempat baru, berkenalan dengan orang baru, budaya baru, dan menajamkan rasa. Dengan belajar bertoleransi, maka kita akan memahami perbedaan, dan juga menghargai orang lain. Bener banget nih.
BalasHapusIndahnya hidup di Indonesia yang beragam budaya, toleransi yg tinggi bikin suasana lebih menyenangkan
BalasHapusPas kali dengan quotes banyak berjalan banyak dilihat kak..
BalasHapusJadi semakin sering traveling melihat perbedaan semakin pula toleransi terhadap perbedaan. Nice artikel ini kak
Sayangnya, dalam pelajaran di sekolah dulu, kalau membahas toleransi hanya disangkutkan dengan perbedaan agama. Padahal toleransi seharusnya juga mengakomodir perbedaan dalam berbagai hal di kehidupan kita
BalasHapusSayangnya, dalam pelajaran di sekolah dulu, kalau membahas toleransi hanya disangkutkan dengan perbedaan agama. Padahal toleransi seharusnya juga mengakomodir perbedaan dalam berbagai hal di kehidupan kita
BalasHapusToleransi memang harus terus dijunjung tinggi ya,,,
BalasHapuskalau buat saya, semakin sering traveling saya semakin mudah membuka pikiran dan hati untuk menerima perbedaan.
Setuju banget mba. Apalagi dengan point traveling. Dengan berkunjung ke satu daerah selain dapat teman baru kita juga pasti dapat ilmu. Jadi lebih bisa bersikap terbuka
BalasHapusAku juga selalu ngusulin jalan-jalan ketika suasana di rumah mulai "panas" hehehe. Habis jalan2 pikiran jadi fresh lagi memang.
BalasHapusagar memiliki sikap toleransi terhadap sesama harus memiliki sifat rendah hati. lawannya tinggi hati. kalo punya sifat tinggi hati akan merasa diri lebih baik dari orang lain. begitu ya kak
BalasHapusWah kak , aku juga termasuk tipe pendiam, cuek aja , mulai dikit2 menyapa tapi masih pakai senyuman aja sih kak. Sikap toleransi terhadap sesama memang diperlukan ya kak, apalagi kalau lagi jalan-jalan dengan sharecost, bener-bener keliatan toleransinya orang-orang.
BalasHapusIntinya semua kembali ke diri sendiri ya mbak. kepekaan kita yang diuji. apakah masih bisa toleransi terhadap sesama. semangat mbak
BalasHapusRelate sih antara bully sama harus mengerti dengan diri sendiri, karena kayaknya orang yang nggak ngerasa cukup dengan dirinyalah yang lebih berpotensi untuk nge-bully orang lain... jadi pelampiasan gitu
BalasHapusKadang kalau orang yang penilaiannya sempit dan sulit bertoleransi, mesti diajak piknik dan jalan2 ya.
BalasHapusNah makanya sista sering ada ungkapan .."mainnya kurang jauh" buat yang tidak mengerti dan tidka paham makna toleransi...dipikirannya semua orang harus sama seperti apa yang ada di benaknya yang berbeda dianggap aneh bin ajaib....hihi mungkin sepanjang usia nya orang tsb taunya hanya lingkungan sekitar sehingga ketika melihat keragaman agak shock dan bingung sendiri hihi
BalasHapusBertoleransi ini kalau menurutku adalah suatu keharusan kak. Terbiasa hidup disana-sini kalau mau survive intinya harus ramah, baik (kalau mau mendapatkan perlakuan yang sama sih)
BalasHapussewaktu saya kecil, saya bahkan nggak ngeh dengan perbedaan. Tetapi semakin dewasa, semakin kompleks, salah satunya karena faktor usia dan budaya.
BalasHapusMemang benar, ketika liburan kita banyak menemukan hal baru yang tidak kita jumpai sebelumnya di keseharian kita dan itu memerlukan toleransi supaya kita bisa memahami.
Toleransi itu dari hati. Harus tulus. Sesuatu yang mampu memberikan ketenangan untuk orang lain dan diri sendiri. Karena toleransi bermuara pada legowo. Rasa tidak terbebani dengan ingin memaksakan kehendak, dan bisa memaklumi.
BalasHapusBtw itu jalan2 sama blogger ya kak? melihat ada Kak Katarina, untuk toleransi memang harus dari hati ya, kalau mau lihat orang tolransinya seperti apa ajak dehh jalan-jalan pasti ketauan dehh.
BalasHapus