Pemulung Cantik, Pengambil Hati
Ide Cerita:
Citra Pandiangan
Cuaca
sedang mendung ketika Nandini (19 tahun) sedang mengumpulkan barang bekas untuk
diolah kembali. Nandini seorang pemulung karena tidak memiliki biaya untuk
kuliah. Dia tidak malu mengumpulkan barang bekas dan mengolahnya menjadi
kerajinan tangan. Dia bertekad untuk membantu anak-anak di kampungnya agar
tidak putus sekolah. Sialan hujan turun dengan deras, ketika Nandini sedang
asyik mengumpulkan plastik di perumahan elit. Reflek, dia berteduh di dekat
pagar rumah orang kaya.
Danu (23
tahun), pemilik rumah yang sedang memiliki masalah dengan skripsinya dan
terancam di DO. Merasa kesal, apalagi papanya, Pak Tiko (55 tahun) memintanya
untuk bekerja di perusahaan keluarga. Ketika dia melihat Nandini sedang
berteduh dari teras rumahnya. Dia ingin menuangkan kekesalannya pada Nandini.
Dia menuduh Nandini mencuri barang dari rumahnya dan membokar isi barang dari
karung Nandini. Nandini berusaha menjelaskan tetapi, Danu tidak mau mendengarkan.
Bahkan, dia pergi dengan mobilnya sebelum Nandini merapikan barangnya. Alhasil
barangnya banyak yang rusak. Nandini hanya bisa menatap kepergian Danu dengan
kesal dan berharap tidak akan pernah berjumpa dengan cowo sombong itu.
Di Kampus,
Danu menemui dosen pembimbingnya, Ibu Narti (45 tahun) dan memintanya untuk
menyusun skripsi tentang kehidupan pemulung kreatif di kampung A. Danu
diberikan waktu dua bulan untuk menyelesaikan jika tidak akan di DO. Ancaman
itu adalah nilai mati. Mau tidak mau, Danu terpaksa menuruti kemauan dosennya
itu.
Danu sibuk
mencari alamat rumah pemulung kreatif. Pada saat kebingungan, dia bertemu Lena
(20 tahun) mahasiswi satu kampus yang naksir Danu. Saat Danu tahu, dia warga
kampung A, Danu meminta Lena membantunya menemani mencari alamat tersebut. Lena
sangat terkejut, ketika membaca alamat yang diberikan Danu. Lena sejak dulu,
tidak suka dengan Nandini. Karena, Nandini anak yang pintar di sekolahnya.
Namun, dia juga tidak mau melewatkan kesempatan berjalan berdua dengan Danu yang
ditaksirnya. Lena menemani Danu ke rumah Nandini.
Nandini
yang kesal karena kejadian itu, menceritakan kepada ibunya, Ibu Laras (42
tahun). Ibu meminta Nandini untuk mandi biar tidak sakit karena bajunya basah
karena kehujanan. Saat sedang sibuk menyiapkan wedang jahe untuk putrinya. Danu
mengetuk pintu rumahnya. Ibu Laras mempersilahkan mereka masuk dan memanggil
Nandini keluar. Keduanya terkejut ketika mereka mendapati siapa yang mencari
dan dicarinya.
Nandini
menolak menjadi bahan tulisan Danu sebagai skripsinya. Danu memohon agar
Nandini bersedia. Kesempatan Nandini menolak membantu Danu menjadikan Lena
sebagai pahlawan bagi Danu untuk meyakinkan Nandini membantu Danu menyelesaikan
skripsinya. Danu berjanji akan menerima apa saja persyaratan Nandini. Akhirnya
Nandini bersedia kisah hidupnya dijadikan bahan skripsi Danu.
Keesokan
harinya, Danu harus bangun pagi dan membantu Nandini mengumpulkan sampah
plastik. Danu merasa berat harus menggorek-ngorek tempat sampah. Dia berniat
membeli banyak minuman agar botolnya bisa digunakan Nandini tetapi Nandini
menolak hal tersebut karena itu sama saja menambah limbah sampah. Padahal,
Nandini mendaur ulang sampah plastic agar mengurangi limbah plastic. Dimana
sampah plastic itu diolah menjadi kerajinan tangan. Disitulah, dia bertemu ibu
Narti sebagai pelanggan tetapnya. Apalagi, Nandini setiap sore membantu
mengajar anak-anak membuat prakarya dari pastik dan malamnya di jual di pinggir
jalan.
Kedekatan
Nandini dan Danu selama sebulan membuat Danu merasa kagum dengan pemikiran dan
semangat Nandini. Sedangkan Lena tidak suka melihat kedekatan mereka dan
berusaha membuat Nandini membenci Danu. Danu memberi informasi pada Nandini ada lomba mengolah bahan daur
ulang plastic dan pemenangnya kan mendapatkan uang 50 juta. Mereka berkerja
keras untuk membuat karya yang bisa diikutkan lomba.
Lena
semakin membenci kedekatan mereka. Pada suatu ketika, Lena yang harus masuk
kelas pagi. Dia melihat Danu sedang menggorek sampah. Diam-diam dia mengambil
photo, Danu yang sedang mengobrak-abrik sampah. Saat tiba di kampus, Lena
tersenyum puas bawasanya dia punya senjata yang akan mempermalukan Danu. Siang
harinya, Danu ke kampus untuk konsultasi skripsi dengan Ibu Narti. Lena
menunggu Danu dengan tujuan untuk mengungkapkan perasaannya pada Danu. Mereka
makan berdua di kantin. Lena nembak Danu dan dengan lantang Danu menolak
perasaan Lena. Lena semakin membenci Nandini dan berusaha menghancurkan
kedekatan mereka.
Keesokan
harinya, Lena menyebarkan photo Danu sedang mulung di kampus. Danu terkejut,
saat melihat photonya tersebar di kampus. Padahal, Danu terkenal sebagai
mahasiswa sombong. Lena tersenyum puas, saat teman-teman mengejek Danu dan Danu
mengambil semua photo yang ditempelkan di mading kampus. Lena, masih punya
kejutan lain untuk membuat Danu dibenci Nandini.
Saat Danu
menemani Ibu Laras ke pasar dan Nandini mengajar anak-anak prakarya di rumah
Ibu Narti. Kesempatan itu, digunakan Lena untuk merusak hasil prakarya Nandini
dan Danu. Dia bahkan meninggalkan disamping meja. Ketika Nandini pulang, dia
terkejut melihat hasil karyanya rusak dan melihat ponsel Danu berada dibawah
meja.
Saat Danu
dan Ibu Laras tiba, Nandini memarahi habis Danu dan tidak mau bertemu dengan
Danu lagi. Danu bingung, karena dia tidak tahu apa-apa. Lena tersenyum puas
ketika Nandini meninggalkan Danu dengan berbagai pertanyaan. Lena mengajak Danu
pergi, karena Nandini keras kepala.
Walau sedih, Danu mengikuti Lena dan Lena mengajak Danu makan di mall.
Kembali lagi, Lena menembak Danu tetapi Danu menolaknya lagi.
Danu
bertekad menyelesaikan skripsinya untuk membuktikan dia tidak bersalah. Dia
juga meminta Papanya menyedikan beasiswa untuk Nandini. Papanya setuju, jika
Danu lulus dan bekerja di perusahaan keluarga. Bu Narti suka apa yang ditulis
Danu di dalam kata pengantarnya. Danu mengungkapkan rasa kagumnya pada Nandini.
Tidak mungkin dia merusak impian Nandini. Saat Nandini mengantarkan pesanan Ibu
Narti, Ibu Narti menunjukan tulisan persembahan Danu untuk Nandini. Nandini
semakin merasa bersalah. Apalagi, Ibu Laras sudah menjelaskan kepada Nandini,
bawasanya Danu menemaninya ke pasar dan meninggalkan ponselnya di meja. Terus
siapa yang merusak hasil karyanya?
Waktu Ibu
Laras menyapu rumah, dia menemukan anting-anting milik Lena. Tepat, ketika
Nandini pulang. Selang lima menit, Danu dan Pak Tiko datang ke rumah Nandini
untuk menyampaikan kabar gembira. Bahwa Nandini diberikan kesempatan untuk
mendapatkan beasiswa kuliah dengan syarat setelah lulus bekerja dua tahun di
perusahaan Pak Tiko. Nandini tidak percaya dan merasa senang. Dia juga meminta
maaf karena menuduh Danu merusak karyanya. Danu pergi meninggalkan Nandini dan
membuat mereka bingung. Tidak lama kemudian, Danu masuk dan memberikan bunga plastik
hasil karyanya sendiri pada Nandini. Danu melamarnya. Nandini terkejut dan
menjawab ia. Karena diam-diam, dia juga suka dengan Danu yang sudah berubah
dari pria sombong menjadi penuh tanggungjawab.
KARAKTERISASI
PEMAIN
1. Nandini
(19 tahun)
Cantik,
rajin dan penuh semangat. Memiliki misi untuk memajukan anak di lingkungannya
agar tidak putus sekolah. Pagi hari menjadi pemulung, siang membuat kerajinan
dari bahan daur ulang sambil mengajar anak-anak untuk membuat keterampilan.
Sedangkan malam harinya menjual hasil kerajinanya di pasar dan di toko-toko.
2. Danu (23
tahun)
Tampan,
anak orang kaya yang sudah semester akhir. Pakaiannya selalu branded. Senangnya
hura-hura dan terancam di DO, padahal anaknya pintar. Dia harus bergaul dengan
Nandini untuk menyelesaikan skripsinya.
3. Lena (20
tahun)
Adik tingkat
Danu di kampus, selalu berpakaian modis walau tinggal di lingkungan kumuh.
Menaruh hati dengan Danu dan berusaha mendapatkan cinta Danu.
4. Pak Tiko
(55 tahun)
Pebisnis
sukses dan selalu sibuk kerja dan berharap anaknya mau menuruskan bisnis
keluarga. Keras tapi baik hati.
5. Ibu
Laras (42 tahun)
Ibu rumah
tangga yang cerewet tetapi baik hati. Ramah sama tetangga.
6. Ibu
Narti (45 tahun)
Dosen
cantik di kampus Danu dan pembimbing Danu. Walau cantik tetapi dosen ini
terkenal killer dan tegas. Tidak ada mahasiswa yang berani bermain-main
dengannya. Meskipun tegas tetapi selalu membantu mahasiswa untuk lulus tepat
waktu.
Pemain
tambahan
Beberapa
anak-anak yang mau belajar membuat prakarya barang bekas bersama Nandini.
Salam
dan Tetaplah Hidup
Note: Please visit my blog to storycitra, Betraveler, Jejak Cantik, kitabahagia, ngerumpi blog
Kehidupan ini tidaklah semudah membayangkan, tidak semudah meluangkan dalam kata. Mari berkunjung dan menikmati tiap hempasan nafas kehidupan untuk mencari makna kehidupan bersama.....
Kehidupan ini tidaklah semudah membayangkan, tidak semudah meluangkan dalam kata. Mari berkunjung dan menikmati tiap hempasan nafas kehidupan untuk mencari makna kehidupan bersama.....
Pada
Februari 24, 2019
Setiap orang yg memiliki niat jelek akan berakhir jelek. Bersikap apa adanya lebih baik dari pada harus memaksakan diri. Cerpennya bagus banget sista.. Aku suka 😍
BalasHapus